Kita tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah buaya darat. Buaya darat yang diumpamakan sebagai Pria yang tidak setia pada pasangannya dan suka memiliki pasangan lebih dari satu. Dari situ, tidak ada kepuasan bagi Pria yang dimaksud. Selalu ada keinginan untuk mencari wanita lain untuk tujuan kesenangan.
Bagi Wanita, tentunya sering mengetahui, menyaksikan, bahkan banyak juga yang menjadi korban buaya darat. Sehingga dengan begitu, Wanita menggunakan Kata buaya darat untuk Pria terkait.
Padahal jika melihat faktanya, Buaya adalah hewan yang sangat setia. Buaya jantan hanya kawin satu kali seumur hidupnya. Itu akan tetap berlaku meskipun Buaya betina yang jadi pasangannya mati lebih dulu. Jadi buaya jantan tidak akan mencari atau tidak akan kawin dengan betina lain jika Buaya tersebut sudah pernah kawin dan betina pasangannya sudah mati.
Dan pada budaya masyarakat betawi, roti buaya dijadikan simbolisasi terhadap kesetiaan Suami pada Istrinya. Pada pernikahan, masih banyak yang menggunakan roti buaya sebagai simbol kesetiaan sehidup semati bagi pasangan pengantin.
Jadi dengan begitu, istilah buaya darat tidak diambil dari naluri buaya jantan karena buaya jantan justru setia pada satu pasangan. Dengan itu tentu akan menimbulkan pertanyaan kenapa Pria yang tidak setia justru dijuluki lelaki buaya darat. Mari kita cari tahu bersama-sama.
Sejarah atau asal usul dari istilah "buaya darat" yang pertama berawal dari kisah di Desa bernama Soronganyit Jember. Pada tahun 1971 di daerah tersebut terdapat tambak buaya.
Pada tambak buaya tersebut sudah ada aktivitas rutin yang dilakukan oleh para buaya. Yaitu ada waktunya berada di air dan ada waktunya juga berada di darat. Dan itu sudah ada waktunya sendiri-sendiri, terjadwal. Pada suatu ketika, satu ekor buaya jantan dinyatakan hilang oleh pemiliknya.
Dengan kabar ini tentu saja banyak warga yang merasa ketakutan. Banyak hal yang mereka lakukan untuk mengatasi masalah ini. Setelah tiga bulan, akhirnya buaya tersebut ditemukan di lingkungan lain yang angat tandus, tidak ada air, dan sangat kering.
Namun hebatnya buaya tersebut bisa bertahan hidup karena mandi kucing dengan buaya betina yang bukan pasangannya. Dan hebatnya lagi, buaya betina yang bersamanya seumuran dengan anak dari buaya jantan tersebut, dasar buaya.
Dari kejadian itu, akhirnya istilah lelaki buaya darat digunakan untuk pria yang anu anu atau sekedar anu anu dengan wanita yang bukan pasangannya. Bahasa mudahnya tidak bisa setia.
Ini asal usul yang pertama diambil dari yahoo answers yang tentu saja kebenarannya tidak bisa dipastikan. Dan karena itu masih ada satu lagi asal usul tentang istilah "buaya darat".
Yang kedua karena melihat dari naluri buaya yang terus melakukan perburuan diam-diam untuk mencari makan. Dan selain itu akan memakan mangsanya setelah menjadi bangkai.
Memakan mangsa setelah jadi bangkai, akan tetap berlaku kecuali dalam keadaan mendesak atau buaya terkait sedang kelaparan.
Dan karena itu lelaki yang terus melakukan perburuan dan tetap dimakan meskipun busuk diibaratkan sebagai buaya darat. Mungkin diibaratkan begitu, karena wanita terkait kadang tahu kalau jadi korban buaya darat tapi tetap menerima meskipun tahu Pria terkait sudah memiliki pasangan.
Kira-kira Kamu setuju sama asal usul yang mana, atau punya versi sendiri?.