Pemahaman adalah proses dan cara belajar dalam mengartikan suatu hal. Dalam lingkungan Kita sering menemui banyak hal dan Kita punya cara sendiri untuk belajar memahaminya. Akan tetapi selama proses tersebut, Tidak selalu tepat 100%, kadang ada beberapa pemahaman yang sebenarnya kurang tepat. Namun hingga saat ini Kamu tentu masih menerapkan pemahaman seperti berikut ini. Dan penulis yakin, itu sudah mendarah daging dalam kehidupan Kamu.
1. Dalam hal standar pemberian menyesuaikan penerimanya demi sebuah kesan
Memberi sesuatu terhadap orang lain baik dalam bentuk tindakan atau materi, kebanyakan dari Kita menyesuaikan kelayakan berdasarkan penerimanya. Jika saja Kita berhadapan dengan Orang kaya, Kita berpikir seberapa pantas pemberian Kita terhadapnya. Kita tidak ingin pemberian itu tidak memiliki nilai bagi yang menerimanya. Sehingga meskipun Kita saat itu belum mampu, Kita berusaha memaksakan diri agar dianggap pantas. Berbeda dengan Orang miskin, Kita memberikan sedikit saja yang penting menurut Kita hal itu sudah pantas.
Dalam masalah pacaran juga sepertinya sama. Ketika ada cowok pacaran sama cewek kaya, pada awalnya cenderung berusaha memberikan kesan yang berlebihan. Pemilihan tempat kencan tidak boleh sembarangan, dan saat makan juga berusaha memilih restoran yang mewah. Sedangkan ketika pacaran sama cewek miskin, lebih sering makan ditempat pinggiran, karena yakin kalau cewek miskin sudah merasa senang dengan hal itu. Namun bagi Cowok yang tidak memiliki pemahaman seperti ini, biasanya dengan cewek manapun akan sama. Semua disesuaikan dengan kebiasaan sendiri. Kalau pun lebih meningkat, tidak terlalu jauh dari kemampuan diri.
Dalam lingkungan masyarakat juga seperti itu. Ketika berusaha menjaga hubungan dengan Orang yang lebih punya, masalah pemberian diberikan secara maksimal, meskipun sebenarnya Orang itu tidak terlalu membutuhkan. Sedangkan dengan yang kurang berada, ala kadarnya saja bahkan ada kesan meremehkan.
Hal ini memang tidak salah, namun sering sekali Kita keliru dalam menyesuaikan hal itu. Hanya demi kesan, Kita mengorbankan keikhlasan dan kemampuan Kita sendiri. Bahkan Kita sering mengabaikan Orang yang benar-benar butuh bantuan hanya karena tidak butuh kesan baik dari Orang tersebut. Tapi ketika Kita butuh kesan baik dari Orang tertentu, Kita berusaha maksimal bahkan kadang harus memaksakan diri tidak sesuai kemampuan.
2. 1000 kebaikan hilang oleh 1 keburukan, namun 1000 kejahatan bisa hilang oleh 1 kebaikan saja
Kita tentu sering mendapatkan perlakuan baik dari banyak Orang. Namun ketika ada satu orang yang terus berusaha bersikap baik dan tidak berusaha berbuat jahat dengan Kita, Kita merasa itu adalah hal yang wajar. Kita tidak terkesan dengan apapun yang sudah Dia lakukan terhadap Kita. Hingga akhirnya, sekali Dia berbuat jahat maka Kita bisa memusuhi untuk waktu yang sangat lama.
Hal seperti ini sering terjadi dengan sesama teman. Berteman dalam waktu lama dan sering menerima kebaikan, hingga akhirnya itu terasa biasa saja. Ketika terjadi satu kejahatan dari teman terhadap Kita, Dia menjadi tampak jahat. Kita berpikir, "Tidak aku sangka, ternyata Dia bisa sekejam itu".
Namun berbeda cerita jika Kita bertemu dengan orang jahat. Misalnya saja ketika Kita sekali ada pertemuan, kemudian ada masalah dan dipukul oleh Orang tersebut, atau setidaknya mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Kita menganggap Orang itu jahat. Pertemuan berikutnya Dia masih cari masalah dan melakukan tindakan buruk terhadap Kita.
Bahkan bukan hanya dengan Kita, Orang itu juga sering melakukan tindakan buruk terhadap Orang lain. Hingga akhirnya, Kita selalu menghindari Dia. Kita bukan hanya tidak suka, tapi juga takut jika sampai Dia mengulang perbuatannya. Kita berusaha jangan sampai bertemu dengan Dia. Namun suatu ketika, saat Kita pergi secara kebetulan bertemu dengan Dia. Kita sudah berpikir buruk, namun ternyata Dia bersikap baik, Dia menyapa Kita dan bertanya tentang kabar. Sejak saat itu pemahaman Kita mulai berubah "Ternyata Dia bisa baik". Dan sejak itu Kita merasa lebih senang dengan Dia. Namun dilain sisi, Kita berusaha menghargai Dia karena masih ada rasa takut jika kejadian lama terulang kembali.
Dan kemudian pertemuan berikutnya, Orang itu justru membantu Kita. Kita semakin yakin bahwa Dia adalah orang yang baik. Dan setelahnya Kita semakin merasa suka dengan Dia. Jadi dari sini yang paling penting adalah, mana yang lebih dulu, kebaikan atau keburukan.
3. Yang baik itu tidak berharga, justru yang berharga adalah yang menyakiti
Ini hampir sama dengan yang sebelumnya, namun ini terkait masalah hubungan percintaan. Pemahaman ini sudah mendarah daging dalam diri banyak Orang. Terbukti banyak sekali yang merasa hambar, bosan, bahkan tidak nyaman ketika memiliki hubungan dengan Orang yang selalu bersikap baik. Kebanyakan menjadi tidak tahu diri dan menganggap bahwa pasangan yang selalu bersikap baik itu tidak berharga. Namun ketika memiliki pasangan yang selalu menyakiti tapi tetap bertahan, seolah berani berjuang dan berkorban banyak. Kalau ini jelas saja terbalik. Dan semua juga sudah tahu tentang hal itu.