Banyak mitos yang beredar terkait mie instan. Hingga banyak yang akhirnya meyakini mitos tersebut, kemudian menerapkan prosedur pengolahan hingga pemahaman terhadap mie instan yang salah. Mie instan memang banyak digemari oleh Masyarakat Indonesia. Bahkan di luar negeri pun, Mie instan buatan Indonesia sudah banyak peminatnya. Terbukti dari iklan di luar Negeri yang gencar mempromosikan produk mie instan, jika tidak laku tentu iklan tidak akan terus dijalankan.
Membahas tentang Mie instan itu sendiri, sudah banyak yang diyakini sebagai fakta. Namun sebenarnya beberapa diantaranya kurang tepat. Untuk itu berikut mitos dan fakta terkait mie instan.
1. Mitos paling terkenal adalah adanya zat lilin sehingga mie instan tidak lengket satu sama lain. Sehingga dari mitos yang ada, menunjukkan bahwa mie instan memiliki zat lilin pada lapisan luar sehingga membuat tidak lengket menjadi satu.
1.1. Faktanya mie instan tidak saling menempel karena ada kandungan minyak didalamnya. Pada pembuatannya, mie instan melalui proses yang disebut deep frying. Proses tersebut membuat kadar air berkurang sehingga mie akan menjadi lebih awet. Dalam proses tersebut, minyak terserap kedalam mie instan dan akan keluar ketika proses pemasakan.
2. Banyak yang menyatakan bahwa memasak
mie instan dengan bumbu sekaligus bisa menyebabkan kanker. Katanya saat memasak pada suhu 120 derajat celcius, kandungan kimia pada bumbu bisa berubah menjadi senyawa karsinegoen yang memicu kanker. Namun belum ada bukti adanya perubahan senyawa tersebut hingga saat ini.
2.1. Faktanya selain belum ditemukan senyawa karsinogen, memasak mie instan tidak sampai mencapai suhu tersebut. Mie instan dalam proses produksi, sebenarnya sudah melalui tahap penggorengan terlebih dahulu. Jadi mie yang dipasarkan sudah dalam kondisi hampir matang, sehingga dimakan tanpa dimasak, mie instan juga sudah layak makan. Tidak berhenti sampai disitu, untuk memasak mie juga hanya dibutuhkan suhu air mendidih dan itu tidak lebih dari 100 derajat celcius.
3. Banyak kabar yang beredar, mie instan adalah makanan pengganti nasi karena kandungan karbohidrat didalamnya. Untuk masalah kandungan karbohidrat memang tidak salah, namun jika dijadikan makanan pengganti nasi bukan solusi yang tepat.
3.1. Karena faktanya, mie instan selain mengandung karbohidrat yang tinggi, mie instan juga memiliki kandungan minyak yang tinggi. Konsumsi karbohidrat dan lemak yang berlebihan, tentu saja bisa menyebabkan berbagai penyakit. Sehingga mie instan tidak akan pernah bisa dijadikan pengganti nasi. Konsumsi mie instan tidak boleh berlebihan, maksimal hanya 3 kali dalam satu minggu.
4. Mitos yang tidak kalah populer, mie instan katanya harus direbus hingga dua kali proses. Jadi air yang digunakan untuk merebus harus dibuang dulu. Setelah itu baru kemudian mengganti dengan air rebusan yang baru agar bahan kimia tidak ikut dikonsumsi.
4.1. Menurut PROF. DR. F.G. Winarno cara memasak seperti itu justru salah. Mi instan diproduksi dengan menggunakan bahan bahan terbaik dan berkualitas. Seperti bahan tepung terigu yang sebelumnya difotifikasi dengan vitamin B1, vitamin B2, zat besi, zinc dan asam folat yang baik untuk tubuh. Kandungan tersebut akan berpindah dan larut ke air dari mie ketika proses memasak. Dengan membuang air rebusan yang pertama justru akan membuat mie instan kehilangan nilai gizinya.
5. Selain dari semua itu, terdapat juga yang menganggap mie instan sebagai lauk. Sehingga banyak sekali yang mengkonsumsi mie instan bersamaan dengan nasi putih. Hal ini sering sekali dilakukan, terutama ketika bulan ramadhan ketika sahur dan belum sempat memasak.
5.1. Faktanya mie instan dan nasi adalah sama-sama sumber karbohidrat yang sangat tinggi. Dalam satu kemasan mie instan, mengandung 400 kalori. Jika ditambah nasi maka bisa menjadi 700 hingga 800 kalori. Jika dikonsumsi secara berlebihan, itu akan melebihi kebutuhan kalori manusia dalam sehari. Padahal selain itu, Manusia juga butuh asupan gizi yang lain. Bukan hanya itu, perpaduan antara nasi dan mie instan, juga bisa menyebabkan kadar gula meningkat sehingga dalam jangka panjang dan konsumsi berlebihan, bisa menyebabkan diabetes.