Sudah menjadi takdir bahwa pria memiliki kedudukan sedikit lebih tinggi daripada wanita. Sebab dikatakan, pria memiliki kelebihan dalam kematangan berpikir, memiliki pengetahuan lebih banyak, dan lebih mampu mencermati masalah dari ujung hingga pangkal. Hal ini menjadikan pria memiliki tanggung jawab untuk menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Membimbing, mengarahkan, dan memberikan kehidupan yang layak untuk istrinya. Tentu dalam pelaksanaannya harus bisa benar-benar bijak dan sesuai aturan yang berlaku.
Sedangkan wanita juga memiliki posisi yang sangat penting dan memiliki perannya sendiri. Dengan melihat lingkungan sekitar, tentunya kita bisa memahami seperti apa tugas pria sebagai suami dan tugas wanita sebagai istri. Pria melakukan suatu pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan yang akan digunakan untuk kelangsungan hidup keduanya. Istri mendapatkan kehidupan yang cukup, dan tidak disalahkan jika ikut mengambil peran agar mendapatkan penghasilan juga.
Ketika semua berjalan dengan semestinya, potensi terjadi masalah serius tentu akan semakin kecil. Perbedaan pendapat yang bisa menciptakan masalah besar meskipun berawal dari hal sepele, tidak akan sampai terjadi.
Memang keduanya harus menempati posisi masing-masing, dengan penuh sikap penghargaan satu sama lain. Bisa saling melengkapi dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing. Teorinya seperti itu meskipun sangat disayangkan dalam kenyataan bisa sangat berbeda jauh.
Kebanyakan pasangan yang menjalani rumah tangga, tidak bisa menjalani semua itu dengan baik hanya karena disebabkan oleh cara berpikir yang salah. Banyak yang berpikir, semakin tinggi penghasilan salah satu pihak maka akan memiliki kedudukan dan kekuasaan yang lebih tinggi. Pikiran seperti ini sudah banyak tertanam dalam pikiran banyak orang.
Maka ketika suami memiliki penghasilan lebih tinggi sedangkan istri jauh lebih rendah atau bahkan dianggap tidak memiliki penghasilan sama sekali, pihak suami merasa memiliki kekuasaan lebih banyak untuk mengatur istri meski sering memaksakan kehendak. Semakin tinggi penghasilan suami, maka banyak para suami yang merasa punya hak untuk melakukan apapun dan memerintah apapun kepada istrinya.
Terbukti dari banyaknya kejadian suami yang seenaknya sendiri, mementingkan kesenangan sendiri, egois, hingga sering membuat istri sakit hati. Karena merasa bisa memberikan kehidupan layak dari segi materi akhirnya berperilaku seenaknya sendiri. Hal inilah yang akan terjadi jika tinggi rendahnya penghasilan dijadikan tolak ukur dalam menentukan kedudukan dan kekuasaan yang lebih tinggi.
Tidak selalu istri yang mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Para suami pun banyak yang mengalami hal demikian. Ketika istri memiliki penghasilan lebih tinggi dengan rentang yang sangat jauh dengan suami, juga banyak yang akhirnya bersikap seenaknya sendiri. Penghargaan terhadap suami semakin berkurang bahkan tidak ada. Keinginan untuk mengendalikan dan memerintah suami pun semakin besar. Ketika hal ini terjadi, bisa terlihat ketika melihat seorang wanita yang dengan keras memerintah, memarahi, bahkan tidak terima ketika ada kesalahan kecil terhadap suaminya.
Lagi-lagi hal ini disebabkan oleh cara berpikir yang salah. Menganggap tinggi rendahnya penghasilan dijadikan pengukur kedudukan dan kekuasaan dalam rumah tangga.
Perlu diingat hal itu jangan sampai terjadi. Menjalani rumah tangga adalah untuk membangun kehidupan yang baik. Saling melengkapi dan saling menghargai seperti apapun posisinya. Masing-masing dari kalian adalah bagian dari satu kesatuan yang harus bisa saling mendukung untuk kelancaran dalam berumah tangga.
Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk, tidak ada perbandingan mana yang lebih unggul. Masing-masing ada untuk mengisi kekosongan satu sama lain, demi mencapai tujuan hidup yang sebenarnya. Penuh kasih sayang dan cinta dunia akhirat.