Orang tua sudah sewajarnya dihormati, dan itu memang menjadi kewajiban anak. Tentu dimata anak, punya cara sendiri dalam menunjukkan hormatnya. Sayangnya dalam beberapa kasus, orang tua tidak merasa bahwa anaknya sudah memberikan penghormatan. Dan dari itu akan muncul banyak hal yang menjadi penyebab anak terkesan menjauh dari orang tuanya. Berikut penyebab lengkapnya.
1. Interaksi yang cenderung mengintimidasi membuat anak malas berinteraksi dengan orang tuanya. Sebab ketika terjalin interaksi, orang tua cenderung melihat hal-hal buruk yang dilakukan anak. Rasa tidak percaya, sikap menyalahkan, dan lain sebagainya akan membuat anak lebih memilih untuk menghindar.
2. Kehadiran orang tua pada saat yang kurang tepat, terutama saat anak sedang asyik dengan dunia mereka sendiri. Salah satu contohnya ketika anak sedang melakukan sesuatu, orang tua bermaksud membicarakan sesuatu yang penting. Maka tunggu anak punya waktu luang.
3. Orang tua yang tidak mengetahui kondisi mood anak. Mood sedang buruk, maka segala bentuk interaksi dan komunikasi akan dianggap sebagai gangguan. Meskipun hal itu datang dari orang tersayang. Apalagi saat bad mood, orang tua justru menekan anak dengan masalah atau kemarahan.
4. Didengarkan itu menyenangkan, tapi mendengarkan tidak semua orang senang melakukannya. Apalagi seorang anak yang tidak begitu suka mendengar cerita yang tidak diinginkan. Maka orang tua yang terlalu banyak bercerita tentang hal yang tidak disukai anak, cenderung membuat anak memilih untuk menghindar.
5. Upaya interaksi dan komunikasi orang tua kepada anak, didominasi oleh masalah-masalah berat. Anak menjadi merasa terbebani dan merasa tertekan. Jika sudah sampai seperti itu, anak cenderung bersikap memberontak.
6. Terlalu sering disalahkan untuk hal-hal yang sebenarnya sepele menurut anak. Ini biasanya terjadi karena perbedaan pola pikir anak dan orang tuanya. Anak merasa bahwa hal-hal tersebut tidak begitu perlu dipermasalahkan, tapi bagi orang tua hal itu pantas untuk dipermasalahkan.
7. Adanya tuntutan bertubi-tubi yang tidak pernah ada habisnya, meskipun sebenarnya terkait masalah sepele atau sederhana. Jadi misalnya, ketika anak sudah berusaha memenuhi beberapa tuntutan, ada banyak lagi tuntutan yang harus dipenuhi. Anak menjadi merasa, bahwa semakin banyak interaksi dan komunikasi justru akan semakin banyak tuntutan.
8. Nasehat umum yang disampaikan berulang-ulang dimana anak tidak menyukainya. Misalnya, "Aku itu orang tua kamu, kamu harus berbakti". Anak sudah tahu itu, seperti sebelumnya, arahkan mereka menjadi lebih baik tanpa mengorbankan kenyamanan anak.
9. Terlalu banyak melibatkan anak untuk hal yang sebenarnya tidak perlu. Ada masalah, sebenarnya bisa diselesaikan langsung dengan orang yang berkaitan saja. Tapi kemudian melibatkan anak untuk masalah apapun. Orang tua memang mampu memikirkan masalah anak, tapi anak belum tentu sampai untuk memikirkan segala masalah orang tua.
10. Orang tua tidak bisa memahami kondisi anak, dan merasa bahwa apa yang dilakukan orang tua semuanya benar. Jadi tentang masalah apapun, orang tua selalu merasa bahwa dirinya paling benar tanpa melihat masalah dari kedua sisi.
Kesimpulannya adalah, rasa nyaman anak terhadap orang tua itu bukan dilihat dari status hubungan antara anak dan orang tua saja. Orang tua harus bisa memberikan rasa aman dan nyaman ketika masuk dalam privasi anak. Jadi anak justru tidak merasa bahwa interaksi dan komunikasi dengan orang tua terasa sebagai sebuah ancaman. Jika orang tua mampu melakukan hal itu, bukan tidak mungkin, anak yang justru datang untuk menciptakan interaksi dan komunikasi dengan sendirinya.