Kamu kenal orang yang sering dibantu tapi cenderung tidak tahu diri. Biasanya hal ini terjadi pada lingkup orang terdekat. Seolah-olah bantuan yang diberikan terkesan kurang dihargai. Dalam bersikap pun mencerminkan orang yang tidak tahu terima kasih.
Bahkan pada kondisi tertentu orang yang keseringan dibantu ngelunjak dan ingin mendapatkan lebih.
Contoh paling umum kamu pernah meminjami uang pada seseorang ketika dalam kondisi terdesak, berikutnya orang itu akan sering pinjam bahkan untuk hal-hal yang tidak begitu penting.
Karena kamu sering meminjami maka ketika kamu tidak bisa meminjami, orang itu akan menunjukkan sikap negatif tanpa melihat jasa kamu sebelumnya karena sudah membantunya.
Atau ketika kamu memberikan bantuan rutin pada seseorang, sekali saja kamu berhenti memberikan bantuan tersebut maka orang akan merasa kecewa, marah, bahkan bisa protes karena hal itu.
Ada satu kisah nyata yang pernah penulis ketahui, seorang yang cukup kaya sering memberikan bantuan terhadap masyarakat sekitar dalam bentuk uang setahun sekali. Hal itu terjadi cukup lama hingga bertahun-tahun. Ketika kondisi keuangannya kurang baik, acara bagi-bagi uang itu dihentikan. Dampaknya sebagian masyarakat mempertanyakan bantuan tersebut bahkan ada yang protes karena tidak ada bantuan lagi.
Dalam kisah tersebut bisa kita pahami bermacam reaksi terhadap perubahan kebiasaan, yang sebelumnya sering diberi bantuan tapi kemudian dihentikan. Dari yang sekedar diam tapi mempertanyakan hingga yang berusaha klarifikasi alasan kenapa bantuan itu berhenti. Maka muncul pertanyaan, kenapa orang yang sering dibantu cenderung tidak tahu diri bahkan ngelunjak.
Alasan hal itu bisa terjadi karena orang yang keseringan dibantu menganggap pemberian itu bukan sebagai bantuan, tapi hal yang seharusnya mereka terima.
Pemberian pertama membuat orang merasa benar-benar berterima kasih atas bantuan tersebut. Pemberian berikutnya dan seterusnya hanya sekedar memberikan kesan bahwa pemberi bantuan sebagai orang baik.
Ketika bantuan tersebut sering dilakukan dan rutin terjadi, penerima mulai merasa bahwa semua itu memang hak yang memang pantas didapatkan. Ketika sudah merasa bahwa semua itu adalah haknya, maka pemberian itu dianggap sebagai kewajiban pemberi bantuan.
Maka selama itu terjadi, ucapan terima kasih hanya sekedar formalitas. Dalam hati kecil hal itu dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Jika sudah jadi kebiasaan maka pemberian atau bantuan itu dianggap kurang. Dan penerima akan merasa ingin lebih.
Beberapa ada yang bisa menahan diri untuk menerima sesuai dengan keinginan pemberi bantuan. Tapi sebagian lagi ada yang berusaha memanfaatkan dengan mencari cara untuk mendapatkan lebih (biasanya dengan menjual cerita sedih).
Dan jika suatu saat pemberian atau bantuan itu berhenti, orang yang tidak tahu diri akan merasa haknya hilang. Yang akhirnya mempertanyakan kenapa semua itu terjadi. Yang lebih tidak tahu diri lagi, protes dengan berbagai cara agar pemberi bantuan merasa tidak enak hati karena menghentikan bantuan yang selama ini sudah diberikan.
Jadi intinya berbuat baik itu bagus, tapi setidaknya kita tahu mana orang yang pantas untuk diberi bantuan dan tidak. Karena jika kita ketemu dengan orang yang tidak tahu diri apalagi ngelunjak, niat baik kita justru berubah jadi beban pikiran kita sendiri untuk jangka panjang.