Ketika ingin membeli mobil pertama kali, sering sekali calon pengguna awam mengalami kondisi yang menjebak dirinya sendiri. Jadi jebakan itu muncul bukan karena unsur kesengajaan dari sales atau penjual saja, tapi juga bisa berasal dari kondisi pembeli awam itu sendiri. Bahkan hal seperti ini sering terjadi meskipun pembeli awam mengajak orang yang lebih ahli. Dan berikut ini jebakan yang sering dialami oleh pembeli awam.
1. Keinginan untuk segera memiliki unit terkait tanpa memikirkan hal lain. Padahal sebelumnya sudah punya rencana untuk sekedar melihat-lihat dulu, mempertimbangkan, bahkan berencana untuk melihat unit lain sebagai pembanding. Tapi ketika sampai didepan unit terkait, semua bisa buyar. Inilah yang sering menjebak calon pembeli. Terutama pada transaksi mobil bekas. Hingga akhirnya setelah didepan unit, calon pembeli cenderung buru-buru dan keinginan untuk segera memiliki mobil menjadi lebih kuat.
2. Khusus untuk pembelian secara kredit, calon pembeli juga sering terjebak oleh surat perjanjian yang menjadi syarat pengajuan kredit. Banyak yang asal tanda tangan tanpa membaca lebih dulu lembaran demi lembaran yang diberikan. Biasanya hal ini terjadi karena sudah terlanjur senang karena akan segera memiliki mobil impian.
3. Masih dengan pembelian menggunakan sistem kredit, pembeli juga banyak yang terpaku pada simulasi kredit didalam brosur. Padahal cicilan tersebut masih bisa dinego. Namun banyak juga yang langsung setuju dengan nominal kredit yang tertera.
4. Khusus untuk mobil bekas, banyak juga pembeli yang mengabaikan kerusakan kecil dan menganggap bahwa hal itu adalah kerusakan sepele. Kemudian merasa bahwa hal itu bisa diatasi dengan mudah. Padahal kerusakan kecil tetap saja membutuhkan biaya untuk perbaikan, yang kadang lebih mahal dari perkiraan penjual. Atau bahkan bisa saja kerusakan yang tampak kecil itu sebenarnya terhubung pada kerusakan yang lebih besar.
5. Harga kredit lebih murah daripada dibayar tunai. Ini juga sering menjebak, karena dengan trik psikologi satu ini pembeli jadi menganggap lebih baik mengambil dengan cara kredit, padahal sebenarnya mampu membayar tunai. Meskipun hitungannya jelas jauh lebih mahal. Dealer mendapatkan refund sehingga keuntungan lebih besar, dan itu dibebankan pada pembeli yang membayar dengan cara menyicil. Misalnya harga cash 170 juta, sementara harga kredit cuma 160 juta. Padahal jumlah pinjaman + uang muka + bunga = bisa mencapai 200 juta lebih.
6. Pengurangan harga beli untuk biaya perbaikan. Ini juga bisa menjadi sebuah jebakan. Kerusakan diperkirakan membutuhkan biaya 300 ribu sehingga penjual memberikan potongan 300 ribu sebagai perbaikan. Biasanya dengan kata "Benerin itu paling cuma 300 ribu, itu sudah paling mahal. Jadi saya kasih potongan buat benerin bagian itu". Tapi faktanya setelah dibawa ke bengkel nanti, kebanyakan membutuhkan biaya yang lebih mahal. Logikanya, jika memang murah, seharusnya diperbaiki dulu baru dijual.
7. Pedagang atau makelar yang mengaku sebagai pemilik langsung. Ini juga sering menjebak karena pembeli berharap dapat harga lebih murah karena beli kepada pemilik langsung, padahal pedagang yang sedang melakukan penyamaran. Hal ini tentu saja berlaku pada pembelian mobil bekas.