Tidak semua pedagang yang membutuhkan stok dagangan, memiliki modal besar untuk menjalankan usahanya. Banyak juga yang harus rela hutang bank dengan cicilan per bulan. Misalnya 2 tahun atau yang lebih lama 3 tahun. Setiap bulan harus menyisihkan uang untuk bayar cicilan setiap bulan, dimana itu adalah kewajiban dan diusahakan untuk tidak telat sama sekali. Kalau pedagang model begini, biasanya fase ini yang akan dialaminya.
Pedagang Yang Mengandalkan Hutang Bank Untuk Stok Barang, Biasanya Mengalami 4 Fase Ini
1. Fase pertama setelah pencairan
Pada fase pertama setelah pencairan dana dari bank, dagangan akan sangat lengkap dengan stok yang melimpah. Pembeli mau cari apapun ada, dan biasanya barang yang ada benar-benar masih baru. Pada fase ini, pedagang cenderung menghabiskan sebagian besar total pinjaman untuk memenuhi stok dagangan. Jadi tidak heran, jika stok barang terlihat melimpah.
2. Fase kedua ketika sudah setengah cicilan total
Misalnya cicilan total 36 kali, kemudian sudah mendapatkan 20 an bulan. Biasanya pada fase ini, dagangan mulai menipis. Ada beberapa produk yang tidak lengkap sehingga ketika pembeli mencari, sering kosong. Sebab uang keuntungan sebagian digunakan untuk bayar cicilan. Bahkan pada masa sepi, uang modal pun ikut digunakan untuk bayar cicilan + biaya hidup.
3. Fase ketiga cicilan sudah hampir lunas
Kalau cicilan sudah hampir lunas, misalnya kurang beberapa bulan saja, dagangan akan terkesan seperti habis. Banyak stok yang kosong sehingga dalam berjualan, hanya barang yang ada saja. Ketika belanja stok pun biasanya dipilih, mana yang paling laku saja.
4. Fase keempat ketika mengajukan pinjaman lagi
Nah, kalau sudah pengajuan ulang biasanya stok dagangan akan melimpah lagi. Siklus semacam ini bisa terulang terus menerus jika pengaturan keuangan tidak dilakukan dengan baik. Alurnya bisa ditebak, dagangan banyak - mulai menyusut - stok benar-benar menipis - kemudian mendadak komplit kembali. Hal itu bisa terjadi terus menerus selama terus mengandalkan hutang bank untuk kebutuhan stok barang.
Baca juga: 6 Cara Agar Warung Kelontong Tidak Banyak Yang Hutang